Harga ponsel Android diperkirakan akan menghadapi kenaikan pada 2026. Sejumlah pengamat industri menilai, kondisi ini merupakan kelanjutan dari tekanan biaya produksi yang mulai terasa sejak 2024 dan semakin menguat sepanjang 2025. Berbagai faktor global saling bertemu dan menciptakan situasi yang membuat produsen smartphone sulit mempertahankan harga seperti sebelumnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pasar ponsel Android dikenal kompetitif dengan pilihan harga yang beragam. Namun, memasuki 2026, struktur biaya di balik sebuah smartphone berubah signifikan. Komponen inti menjadi lebih mahal, sementara tuntutan teknologi justru semakin tinggi.
Kebutuhan RAM Smartphone Terus Meningkat
Perkembangan sistem operasi dan aplikasi membuat smartphone Android semakin bergantung pada kapasitas RAM yang besar. Ponsel tidak lagi hanya menjalankan fungsi dasar komunikasi, tetapi juga menjadi perangkat komputasi portabel untuk fotografi, video, gim, hingga fitur kecerdasan buatan.
Saat ini, RAM 8 GB sudah menjadi standar baru di kelas menengah. Untuk ponsel kelas atas, kapasitas memori yang lebih besar diperlukan agar performa tetap stabil dalam jangka panjang. Peningkatan kebutuhan RAM ini membuat komponen memori menjadi elemen penting yang sulit dikurangi tanpa dampak langsung ke pengalaman pengguna.
Masalahnya, peningkatan kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan kondisi pasokan global.
Industri AI Serap Kapasitas Produksi Memori
Salah satu penyebab utama tekanan pasokan RAM adalah pertumbuhan pesat industri kecerdasan buatan. Pengembangan AI membutuhkan infrastruktur pusat data berskala besar yang mengandalkan RAM dan chip penyimpanan dalam jumlah sangat besar.
Perusahaan teknologi global seperti Google, Meta, Amazon, Nvidia, dan OpenAI terus memperluas pusat data mereka untuk mendukung layanan AI dan komputasi awan. Proses pelatihan model AI berskala besar membutuhkan memori dalam volume tinggi dan bersifat berkelanjutan.
Kondisi ini membuat industri smartphone harus berbagi pasokan dengan sektor AI yang memiliki daya beli jauh lebih besar.
Produsen Memori Prioritaskan Pasar Enterprise
Menghadapi lonjakan permintaan dari pusat data, produsen memori dunia seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron menyesuaikan prioritas distribusi. Pasokan ke segmen enterprise dinilai lebih menarik karena volumenya besar, kontraknya jangka panjang, dan marginnya relatif stabil.
Sebaliknya, pasar smartphone memiliki siklus produk cepat dan tekanan harga tinggi. Perubahan prioritas ini menyebabkan pasokan RAM untuk perangkat konsumen menjadi lebih terbatas.
Kelangkaan pasokan tersebut kemudian mendorong kenaikan harga memori di pasar global.
Harga RAM Naik Tajam dan Berpengaruh ke Smartphone
Dalam beberapa bulan terakhir, harga DRAM dilaporkan mengalami kenaikan signifikan. Media industri dari Korea Selatan mencatat kenaikan harga di kisaran 70 hingga 80 persen. Pada kontrak tertentu, lonjakan harga bahkan disebut melampaui 170 persen.
Walaupun kontribusi RAM terhadap biaya produksi smartphone berada di kisaran 10 sampai 15 persen, lonjakan harga yang tajam tetap memberikan dampak besar. Produsen ponsel kelas menengah menjadi pihak yang paling tertekan karena margin keuntungan di segmen ini relatif kecil.
Situasi ini membuat produsen sulit mempertahankan tren peningkatan spesifikasi tanpa menaikkan harga jual.
Chipset Kelas Atas Ikut Mendorong Biaya
Selain RAM, chipset juga menjadi komponen mahal yang berpengaruh besar terhadap harga ponsel. Qualcomm dilaporkan menaikkan harga Snapdragon 8 Elite Gen 5 yang diproyeksikan menjadi prosesor utama ponsel Android kelas atas pada 2026.
Kenaikan harga chipset ini diperkirakan mencapai sekitar 20 persen dibandingkan generasi sebelumnya. Harga per unitnya disebut mendekati 190 dollar AS atau sekitar Rp 3,1 juta. Sebagai salah satu komponen termahal dalam smartphone, kenaikan harga chipset langsung membebani struktur biaya produksi.
Produsen pun semakin terbatas dalam menyerap kenaikan biaya tanpa menaikkan harga perangkat.
Dampak Merembet ke Berbagai Perangkat Elektronik
Tekanan pada pasokan memori dan chipset tidak hanya dirasakan oleh industri smartphone. Pasar PC juga dilaporkan mulai mempertimbangkan kenaikan harga di kisaran 15 hingga 20 persen akibat mahalnya RAM.
Produk komputasi kecil seperti Raspberry Pi ikut terdampak karena bergantung pada pasokan memori yang sama. Selain itu, perangkat hiburan seperti konsol game dan televisi juga diperkirakan akan mengalami penyesuaian harga secara bertahap.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan rantai pasok bersifat lintas industri dan bukan fenomena sesaat.
Produsen Smartphone Mulai Menahan Peningkatan Spesifikasi
Sepanjang 2025, banyak produsen ponsel masih berusaha menahan harga dengan memangkas margin keuntungan dan melakukan efisiensi produksi. Namun, langkah tersebut dinilai tidak lagi cukup.
Memasuki 2026, produsen diperkirakan akan mulai menahan laju peningkatan spesifikasi, terutama di segmen menengah. Beberapa aspek yang berpotensi disesuaikan meliputi kualitas layar, kapasitas baterai, atau kecepatan pengisian daya.
Langkah ini diambil untuk menjaga harga tetap berada di kisaran yang dapat diterima konsumen.
Tantangan On-Device AI dan Dukungan Panjang
Di sisi lain, tuntutan teknologi justru semakin tinggi. Fitur AI yang berjalan langsung di perangkat membutuhkan RAM dan penyimpanan besar agar dapat bekerja optimal. Jika spesifikasi diturunkan, performa fitur ini berpotensi menurun.
Selain itu, kebijakan dukungan perangkat lunak jangka panjang hingga tujuh tahun juga menambah beban biaya. Untuk mendukung masa pakai panjang, produsen harus menggunakan komponen yang lebih tahan lama dan berkualitas tinggi.
Konsumen Indonesia Hadapi Pilihan Baru
Analis memperkirakan harga rilis ponsel flagship pada 2026 masih akan dijaga agar tidak melonjak tajam. Namun, konsumen berpotensi kehilangan berbagai insentif seperti diskon besar dan program tukar tambah bernilai tinggi.
Segmen ponsel kelas menengah diprediksi menjadi yang paling cepat terdampak. Dengan biaya produksi yang terus meningkat, peningkatan spesifikasi diperkirakan akan melambat.
Bagi konsumen di Indonesia, kondisi ini menandai fase baru pasar smartphone Android. Ponsel pada 2026 berpotensi lebih mahal, dengan peningkatan yang tidak selalu sebanding. Jika tekanan pasokan RAM dan chipset tidak mereda, tren kenaikan harga ini diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan.
